Posts

Showing posts from 2016

Angin Pagi

Bak angin pagi hari Menggoyangkan daun rapuh Mendesirkan batang Menyapu debu abu pagi Menghalau aral di depannya Dedaunan hijau tetap gelayut Siapa sangka jika daun cokelat terambau Hanya karena tiupan angin pagi Desiran lembut Sentuhan hangat satu milidetik Saya tertunduk Patuh Tertusuk hembusannya

Diam

Diam Diam Diam Diam Lagi-lagi diam Diam Diam Diam Untuk apa diam?  Diam Diam Diam     Dia diam-diam saja   Diam  Diam Diam    Ada apa dibalik diamnya?  Diam Diam  Apa pikirannya juga diam?   Diam  Diam Diamnya menjatuhkan Diam Diam-diam jatuhnya semakin dalam Diam Diam-diam pula tersadar Diam Dikira ilusi Diam Diam Diam Nyatanya,                                                                                                bukan.

Hujan, Datang, Pergi: Pergi

"Amelia, tolonglah berbalik dan lihat aku." Itu suara Radit. Setelah 5 tahun berusaha keras membuang semua memori pahit, sekarang ia kembali. Kepalanya masih enggan untuk menoleh, matanya masih belum sanggup untuk melihat wajah itu lagi. Dengan gerak cepat ia mengambil clear filenya yang sedari tadi masih tergeletak di atas kubangan air. Draft proyek yang basah bukan fokus utamanya saat ini, ia hanya ingin orang yang sekarang memayunginya dan jongkok di belakangnya untuk pergi. Hanya itu.  Amelia ingin Radit pergi. "Segitu bencinya kamu sama aku? Aku harus apa agar kamu mau lihat aku? Tolong jawab." Kini dengan cukup berani Radit menyentuh pundak kecil itu dan menggenggamnya erat. Air mata yang sedari tadinya ia tahan pada akhirnya membajiri pipinya juga. Ia mengusapnya pelan dengan telapak tangannya yang kotor dengan pasir-pasir trotoar. Amelia menarik napas dalam-dalam dan dengan berat menolehkan kepalanya, dan akhirnya mata itu ia lihat lagi. Se

Hujan, Datang, Pergi : Datang

Tik. Tik. Tik. Suara rintik hujan mulai samar-samar terdengar. Sesekali petir juga ikut meramaikan suasana pagi ini di kota Jakarta. Langit pukul 7 pagi tampak dramatis karena awan-awan hitam mulai menyelimuti. Klakson dan bunyi mesin kendaraan turut meramaikan jalanan pagi itu, sebenarnya sudah menjadi bunyi yang tidak asing lagi untuk semua penduduk kota metropolitan ini. Bau asap kendaraan, sampah berserakan bersatu padu dengan air hujan yang perlahan jumlahnya terus bertambah. Hujan yang datang tanpa prediksi seperti ini juga sudah bukan kejutan lagi. Seketika lampu-lampu jalan menyala, seharusnya mereka baru menampilkan cahayanya saat pukul 5 sore. Tanpa selang waktu yang panjang, semua payung warna-warni keluar dari tas tiap orang mewarnai tampilan kota pagi itu, dan suara langkah kaki berlari mulai terdengar. Amelia berjalan cepat menuju sebuah halte kecil di dekat persimpangan jalan. Tas ranselnya yang berat serta clear file yang ia bawa menghambatnya berlari. Bajunya y

Hujan, Datang, Pergi : Hujan

Hujan. Dengan segala keunikannya. Ritme ketukan rintik yang bervariasi. Aroma yang dihasilkan. Semua peristiwa  dan tragedi yang terjadi. Hujan. Ketika lampu jalan harus menyala untuk mengalahkan gelap langit. Ketika payung warna-warni terbuka. Ketika halte ramai didatangi orang. Hujan. Kala saya duduk di halte, terciprat airnya. Kala ia datang dan pergi. Hujan. Seharusnya saya suka Seharusnya saya senang Seharusnya bersyukur Hujan. Tetapi ia pergi. Hujan. Kenapa harus hujan?!

Sendu Kelabu

Abu-abu kelabu Membentuk langit sendu Wajah melamun Terbayang masa lalu Saat hidup sesederhana itu Saat semua terlihat padu Masa baru Semua terbaur Dalam kehambaran baru Mau maju Tetapi ragu Akal tak sanggup Mau mundur Sudah terlanjur Bertahan apa harus? Menyerah apa butuh? Saya hanya minta satu, semoga saya maju.

Hilang

Tiba lah saya pada sebuah titik Titik di mana saya merasa hilang Hilang arah, hilang tujuan Semua skema, direksi, perkiraan yang saya sudah persiapkan Lenyap begitu saja Kaki terdiam Mata menatap kosong Berkali-kali kepala ini berputar Ke kanan, ke kiri Saya di mana? Mengapa saya di sini? Saya harus pergi ke mana? Tak ada sedikitpun jejak yang bisa saya ikuti Tak ada sedikitpun petunjuk untuk keluar yang saya ingat Saya sudah hilang Apakah orang lain sadar saya menghilang? Tolong saya! Saya terjebak dalam dunia ini Dunia yang saya kira adalah kampung halaman saya Tolong!!

Jenuh

Hidup saya hanya memiliki dua warna Hitam dan putih Bahkan, apakah mereka juga termasuk warna? Semua warna terasa sama Bosan Yang saya lihat hanya hal-hal sama tiap harinya Lantas apa? Saya lirik ke kiri Itu lagi Ke kanan Itu lagi Lantas apa? Setidaknya saya butuh sedikit merah dalam hitam dan putih Sedikit kuning dalam kesunyian warna hidup ini Sedikit biru juga perlu Saya bukannya tidak suka dengan hitam dan putih Benci pun tidak Mencampakkan mereka dari kumpulan warna juga tidak Saya hanya bosan Saya hanya ingin tambahan warna Bukan menghilangkan apa yang ada

Apa kabar hari ini, kawan?

Apa kabar hari ini, kawan? Matahari belum menampakkan wajahnya, namun lampu-lampu rumah sudah menyala menerangi seisi rumah. Apa kabar hari ini, kawan? Biasanya, saat-saat seperti ini kita sedang sibuk memasukkan buku-buku ke dalam tas Sibuk mencari atribut seragam Sibuk menyiapkan sepatu Sibuk untuk pergi ke sekolah Tetapi pagi ini tidak Atribut seragam, sepatu hitam, buku-buku bukanlah yang kita cari  Pagi ini yang kita cari adalah wedges, high heels, make up, clutch Apa kabar hari ini, kawan? Make-up tebal sudah melekat di wajah saat jarum pendek pada jam dinding masih mengarah ke angka 4 Air hangat sudah membasuh tubuh saat baru saja 6 jam terlelap dan hanyut dalam mimpi Apa kabar hari ini, kawan? Hari yang kita tunggu tiba Hari di mana seragam putih abu-abu sudah bukan menjadi pakaian harian kita Hari di mana sepatu hitam sudah tidak fardhu lagi untuk dikenakan Hari di mana 3 tahun kita dengan seragam putih abu-abu selesai A

Merah Berhenti

Kata orang-orang warnah merah melambangkan keberanian Warna merah melambangkan usaha dan jerih payah Warna merah melambangkan kekuatan Dan Warna merah adalah warna anti putus asa. Tapi warna merah yang saya lihat sore ini Yang saya lihat dari balik layar Yang saya lihat dengan penuh harapan Tidak melambangkan itu semua Sore ini Warna merah yang saya lihat melambangkan kalau saya harus berhenti Bukan, Yang saya lihat bukan warna merah pada lampu merah Yang saya lihat adalah warna merah dengan barisan-barisan huruf yang membentuk rangkaian kata Yang meluluh lantahkan semua penantian Sayang sekali, Sayang sekali, Sayang sekali, Warna merah pada mata saya yang terlukis karena saya melalui malam yang panjang Warna merah pada mata saya sebagai hasil kecil dari kerja keras Harus dibalas dengan warna merah yang menyampaikan pesan kalau saya sudah Gagal.

Jatuh

Beberapa di antara kita, manusia, memang sudah mempersiapkan dirinya untuk jatuh Dari ketinggian berapapun itu mereka siap, bahkan mereka sudah mampu dan terlatih untuk menahan rasa sakit dan risiko-risiko yang harus mereka terima setelah terjatuh. Mereka jatuh tanpa rasa sakit, mereka jatuh dengan persiapan. Namun, tidak sedikit di antara kita yang tidak siap Bahkan tidak pernah mempersiapkan dirinya jikalau suatu saat nanti harus jatuh Sekalipun hanya dari ketinggian satu jengkal telapak tangan anak bayi Mereka sakit karena terjatuh, terjatuh tanpa persiapan. Jatuh Terjatuh Dijatuhkan Sakit dan menyakitkan. Banyak di antara kita yang berani memanjat tebing tinggi Namun, tidak siap untuk jatuh jikalau salah langkah. Kita memang bebas memilih batu yang mana untuk kita pijak Tetapi kita selalu lupa kalau salah memijak batu kita akan terjatuh Gravitasi tidak akan menahan orang yang belum siap jatuh Gravitasi tidak memilih siapa yang sudah siap u

Pilihan yang Dipertanyakan

"Kenapa kau pilih itu?" Kenapa kau butuh alasan?  "Kau tak seharusnya pilih itu." Kenapa? Apa pilihan saya salah? Kau sendiri selama ini tidak pernah membantu saya membuat pilihan yang tepat, lantas sekarang disaat saya sudah terlanjur memilih Kau mempertanyakan Kau tidak suka Kau memaksa saya untuk mengubah pilihan Kemana saja kau saat warna yang saya lihat hanya warna  abu-abu? Kemana saja kau saat saya masih tidak tahu mana warna putih dan hitam? Sekarang saat saya sudah tahu mana putih dan hitam,  Kau membuat seolah saya salah Seolah warna yang saya anggap putih seharusnya hitam Seolah warna yang saya anggap hitam seharusnya putih Dan sekarangpun kau bertanya kepada saya Kenapa saya anggap itu putih dan yang itu hitam? Karena orang lain sudah memberi saya jawaban Mana yang putih untuk saya Dan mana yang hitam untuk saya Jauh sebelum akhirnya kau datang dan mempertanyakan ini semua. Pilihan seseorang tak seharusnya kau pertanyakan Tak seharusnya perlu

Cerita Kabut dari Balik Jendela

Aku memperhatikannya dari balik jendela Jendela dengan kusen yang sudah rapuh, dengan kaca yang sudah penuh dengan bercak debu Aku melihatnya tertawa karena acara TV yang ia tonton Aku melihatnya tertawa dengan yang lain Aku melihatnya dipeluk oleh yang lain Aku hanya dapat menunggunya di luar bersama rintik hujan  Menunggu giliranku  Giliran untuk memeluknya dengan pelukanku yang tidak hangat Kadang aku berharap aku bisa sehangat dirinya Yang selalu membuatnya nyaman Tetapi alam telah membuatku seperti ini Bahkan saat ia akhirnya keluar dan melihatku Ia berdecak kesal Raut wajahnya berubah penuh dengan rasa kecewa Ia bahkan enggan mengizinkanku memeluk tubuhnya secara langsung Ia selalu kenakan pelindung Menolakku menyentuh kulitnya Aku hanya kabut Kabut yang selalu mengganggu pemandangannya Kabut yang selalu membuatnya berdecak kesal saat melihatku Kabut yang hanya bisa menunggunya di luar Dan mencintainya dalam diam Aku harap ak

Jawaban Waktu

Tidak seharusnya sesuatu yang tidak bisa bersatu dipertemukan Sesuatu yang tidak cocok dicocokkan Tetapi, Takdir selalu berkata lain Semestapun berkata setuju kepada takdir  untuk mempertemukan mencocokkan Sesuatu yang memang tidak bisa untuk diperlakukan seperti itu Hanya waktu yang bisa menentang Menentang apa yang disetujui oleh semesta dan takdir Ketika waktu sudah bicara Apalah guna argumen semesta dan takdir? Takdir dan semesta bisa pertemukan Tapi waktu bisa memisahkan Takdir dan semesta bisa cocokkan Tapi waktu bisa temukan ketidakcocokan Dari awal seharusnya waktu yang bicara terlebih dahulu Tapi apalah daya,  Waktu selalu dapat kesempatan terakhir Waktu terlalu bersabar menunggu Menunggu saat yang tepat untuk menyatakan jawabannya Waktu tidak bisa beri peringatan Tapi waktu bisa beri jawaban dari semua pertanyaan Entah kapan ia akan berikan itu Yang jelas Waktu pasti akan berikan jawabannya Ketika memang saatnya sudah