Cerita Kabut dari Balik Jendela

Aku memperhatikannya dari balik jendela
Jendela dengan kusen yang sudah rapuh, dengan kaca yang sudah penuh dengan bercak debu
Aku melihatnya tertawa karena acara TV yang ia tonton
Aku melihatnya tertawa dengan yang lain
Aku melihatnya dipeluk oleh yang lain

Aku hanya dapat menunggunya di luar bersama rintik hujan 
Menunggu giliranku 
Giliran untuk memeluknya dengan pelukanku yang tidak hangat

Kadang aku berharap aku bisa sehangat dirinya
Yang selalu membuatnya nyaman

Tetapi alam telah membuatku seperti ini
Bahkan saat ia akhirnya keluar dan melihatku
Ia berdecak kesal
Raut wajahnya berubah penuh dengan rasa kecewa
Ia bahkan enggan mengizinkanku memeluk tubuhnya secara langsung
Ia selalu kenakan pelindung
Menolakku menyentuh kulitnya

Aku hanya kabut
Kabut yang selalu mengganggu pemandangannya
Kabut yang selalu membuatnya berdecak kesal saat melihatku
Kabut yang hanya bisa menunggunya di luar
Dan mencintainya dalam diam

Aku harap aku adalah tungku api di rumahnya
Yang sangat ia cintai dan ia terima apa adanya
Yang selalu ia butuhkan

Aku harap aku bukan aku
Aku harap aku adalah dia
Aku harap aku bisa membuatnya mencintaiku
Bukan membuatnya membenciku 

Namun,
Apa daya jika alampun tidak mendukung

Aku akan selalu dibenci olehnya
Tapi aku akan selalu mencintainya
Sekalipun ia menolak 

Comments

Popular posts from this blog

Trust and Respect

the first quarter

Pause! A 2-year reconciliation with one’s self