Posts

Showing posts from 2017

An Awe, A fall, A thought Part 1

It was that night Under a broken umbrella we shared smile Under the wet roof in the nearest shelter we shared words And on a big blank paper we shared our thoughts Though it was all happened for an hour My heart keeps beating so fast for weeks With the thought of you spinning over my head With the smile you shared tickling my stomach With the thoughts you told me about yourself Cleaned up all my bad thoughts about you It was that night When I fell for you

Bahasa Maya

Lihat langit bicara Penuh amarah hingga awan menangis Lihat mentari mendadak datang Mencoba melerai keduanya Lihat kita semua Tak saling bicara Namun saling peduli dengan bahasa maya Lihat, siapa yang lebih baik? Mentari yang mendadak datang, atau kita yang benar peduli?

-0,99

Saya bukan mereka Saya bukan artis kesukaanmu Saya bukan dari kalanganmu Saya adalah saya Saya dengan ekspresi saya Saya dengan kekurangan saya Saya dengan kemauan saya Saya dengan segala batasan yang tak pernah mampu memenuhi maumu Saya adalah saya Saya adalah seorang dibalik layar Saya adalah seorang dengan minim kemampuan Saya adalah seorang pendukung di antara ribuan manusia di tribun Saya adalah seorang yang selalu telat 0,1 mili detik Saya adalah saya Saya yang tidak pernah terlihat Saya yang tidak pernah didengar Saya yang tidak pernah diketahui keberadaannya Saya adalah saya Saya yang selalu di belakangmu

Sampai Abu

Malam itu kupilih hitam sebagai jalurku Kujalani dengan hati Kujalani dengan senyum Sendatan percik abu terlewat Ujung indah kuraih Malam kemarin kupilih putih sebagai jalurku Kujalani dengan hati Sesekali tangis muncul Sebab baju kotor tersiram air abu Kerikil abu banyak menghalang Ujung indah tetap kuraih Malam ini kupilih abu sebagai jalurku Debar jantung tak dapat terbendung Abu menggebu-gebu dengan mau Namun abu tetap terlihat abu Panas dingin keringat banjiri baju Mau tak mau aku maju Entah ujung indah atau buruk Sabar-sabar melalu menunggu ujung abu

Sederhana yang Rumit

2017 /1 Sederhana saja Bintang butuh teman di angkasa nan gelap pun jauh: bulan Matahari butuh kawan kala pagi, kala bertugas: awan Anak sekolah butuh sahabat tuk bantu-bantu belajar: pena Aku pun butuh kawan supaya aku tersenyum: kamu /2 Berkawan itu rumit kata orang-orang Banyak berseteru, khawatir aku sakit kepala Barangkali jadi makin buruk, bisa hilang akal sehat Berkawan itu tidak mudah Sekadar cari yang temporer saja sulit kata mereka Berkawan itu bak benang kusut Tertambah pula jika berkawan hidup /3 Buka mata lebar-lebar Besar-besar kenyataan terlihat Jelas-jelas arah perjalanan Bersih-bersih pakaian berangkat Buka mata lebar-lebar Besar-besar kenyataan terlihat Jelas-jelas bentuk kelok jalanan Bersih-bersih menepis debu tipis Buka mata lebar-lebar Besar-besar kenyataan terlihat Jelas-jelas tujuan akhir pada ujung jalan Bersih-bersih pakaian lagi Buka mata lebar-lebar Besar-besar kenyataan terlihat Jelas-jelas telat sampai Bersih-bersih d

21.00

2017 Jam 21 katamu. Kutunggu dengan kantuk yang berat kehadiranmu di peron stasiun kereta kedatangan luar kota. Dengan pakaian apik yang tak pernah kukenakan sebelumnya, kamu jadi orang pertama yang akan melihatnya.  Jantung berdebar tidak menentu, apakah aku berdiri pada titik yang benar untuk menyambutmu? Jam 21 katamu. Kereta kedatangan pertama tiba tepat 1 jam setelah jam 18. Aku iri melihat orang-orang memeluk pujaannya yang tiba dengan utuh dan lengkap, tak kurang suatu apapun.  Aku masih tetap duduk anggun di kursi yang tersedia. Riuhan suara rindu memenuhi seisi stasiun. Senyum pada wajahku semakin lebar karena tak sabar menjadi salah satu penyumbang keriuhan itu. Jam 21 kata mu. Jam dinding besar nan mewah yang terpajang di stasiun akhirnya mengarahkan jarum pendeknya ke angka 9. Berdebar-debar tak sabar menyambut kamu. Sesuai janji, aku berdiri mendekati pinggir peron agar langsung bisa memelukmu. Dari kejauhan terlihat cahaya kereta yang semakin mendekat tiap det

Bisikan Rania pada Angin Malam

           Malam ini ia menyepi lagi bersama cahaya bulan, secangkir kopi panas, dan tak lupa, temannya yang paling setia, angin malam. Kantuk sudah menggantung pada matanya, meminta gadis yang baru saja menginjak umur seperempat abad untuk beristirahat setelah hari yang panjang. Kedua kakinya ia peluk erat-erat agar angin malam tak mampu mengganggu kemesraan dirinya dengan kopi panas. Aromanya sungguh kuat, dan tiap detik yang ia lalui dengan aroma kopi, itu merupakan suatu anugerah dari Tuhan, katanya.                Dilihatnya lekat-lekat ribuan bintang di langit yang masih dapat terlihat dengan jelas dari pelataran rumahnya di tengah desa. Ia ingat sekali saat masih kecil dahulu, pasti neneknya akan bercerita tentang masa pra kemerdekaan dengan antusias. Kemudian, kakeknya akan ikut bergabung berbagi cerita, dan cerita akan terus berlanjut sampai larut tengah malam, lalu digendonglah anak perempuan yang bertubuh kecil itu ke dalam kamarnya. Bukan main ia rindu akan semua itu.

Senyum Lila Kala Senja

   Kalila, perempuan bertubuh mungil dengan rambut yang selalu acak-acakan tiap kali hadir ke sekolah. Perempuan dengan sepatu berukuran 35 yang senyumnya memang tidak semanis senyum aktris papan atas Mikha Tambayong atau Rachel Amanda. Membisu adalah bakatnya, aku ragu jika sebenarnya ia tidak bisu.    Dua belas tahun berlalu begitu saja, dan waktu-waktu aku berbincang dengan Kalila mungkin masih dapat terhitung dengan jemari tangan. Kerap kali ia dihampiri laki-laki berisik di kelas, ribuan cemoohan dilontarkan kepadanya. Tidak terdengar sedikitpun suara keluar dari mulutnya, balasannya hanya senyum, lalu melanjutkan apapun yang tadinya sedang ia kerjakan tanpa memedulikan apa yang baru saja dikatakan teman-temannya itu.    Tidak hanya lawan jenisnya yang bicara bak hewan buas itu, teman perempuannya tak kalah buasnya, bahkan lebih buas lagi karena tak sampai langsung ke telinga Kalila. Bicara di belakang adalah hobi teman perempuannya, main aman katanya. Takut oran

17 Baris

Ada rasa sungkan untuk buka buku baru Alih-alih diam nyaman, aneh dipilih Cerita-cerita lucu hadir meluncur Dari ragu, aku mau Dari sungkan pula, aneh tetap ku jalani Geram kerap kali muncul Janji-janji jadi baik perlahan luntur Maklum katanya, maaf katanya Rasa resah tetap tak hilang Lalu waktu berlalu Perasaan ragu jadi haru Frasa waktu itu fana nyatanya fakta Pergi semua meninggalkan yang lalu-lalu Nanti-nanti kita bertemu, katanya Tak banyak ucap Permintaan doa terkabul Ah, kurasa cukup 2017  –  17 Baris, Nyatanya Tak Cukup 

"It's okay", I said.

Once, a big question ran through my head, and I left it unanswered, let time find out itself. I was pretty sure the answer will come to me in the right time. For the time being, I pressure myself to keep doing what should be done, to keep doing what my parents expected to be done, to keep doing what I keep questioning. Is this the right thing to do? Am I walking on the right path? Thought everything will go easy because this is what I have chosen back then. But you know, God's plan sometimes doesn't come up like what we expect. Up and down, shine and dim, they happen like they live really close to us, even closer than our veins. Then, regrets will come follow them and show their faces, really annoying faces till you want to throw up. A thought of giving up start haunting. Tears come afterward, and anger follow them behind. Everything I do never reach the 'good' point, bad things keep happening, and I, I keep pressuring myself. Hold everything by myself,

Rindu

Dibuat iri hatinya malam itu melihat bulan bertemu bintang Dibuat terguncang pula isi perutnya saat lagi-lagi nama itu muncul sekejap dalam ingatannya Pikirannya melayang, padahal seharusnya ia sembayang Berlari pun tidak, namun jantung berdebar kencang Mencari-cari penyebab itu semua, yang ia temukan  lagi-lagi, bayang-bayang wajah fana di depan mata Ia tahu tak sepantasnya merindu Merindu pada hati yang tak dimiliki Lebih tragisnya, sudah dimiliki insan lain Ia tahu tak sepantasnya merindu, jika yang dirindu saja tahu pun tidak Ingin menyangkal apa kata hatinya, namun ia penurut Ditelanlah bulat-bulat rindu itu  Sungguh,  aku kasihan.

Kosong

Aku makan burger Aku juga makan nasi padang Aku makan ini itu Biar penuh Biar tidak kosong Aku minum air Aku minum soda Aku minum susu Biar penuh Biar tidak kosong Aku isi lagi tubuh ku Dengan ini Dengan itu Biar tidak kosong Aku isi lagi dengan isi yang lain Biar tidak kosong Aneh Tubuh ku sudah tidak muat Tetapi tetap Rasanya Kosong

Pagi

Pagi-pagi berjalan lagi Dibalut ragu Menyusuri sudut-sudut Melihat ribuan abu Bersama orang-orang termangu Sedih Pagi ku gelap Pagi ku tidak cerah Pagi ku penuh ragu Kaki ku melaju Tujuan utama tertutup abu Rintangan seolah hilang Nyatanya palsu Pagi ku kemarin penuh mau Pagi ku kemarin cerah Pagi ku sekarang ragu Pagi ku sekarang bukan pagi ku, lagi.

Orang-orang

Satu kepala Dua wajah Satu mulut Ribuan; Jutaan kata Gerak! Gerak! Puluhan tulang, namun hanya satu pasang yang bergerak?

Dear Anonymous Musician

Among thousand good musics Your music was the only one that moves me Among thousand good voices Your voice was the only one that could wakes me up from nightmare Among thousand people who walk in the darkness You shine the most I can see you, dear. From a far distance Within the dark But, can you see me?  I'll be waiting here, dear, till you able to see me, one day. :)

Hitam Putih

Pada hitam putih aku bertanya, apakah salah memilih abu? Pada hitam putih aku juga bertanya, apakah benar abu itu ada? Pada hitam putih untuk kesekian kalinya aku bertanya, apakah salah jika aku tidak memilih satu di antaranya? Pada hitam putih  untuk terakhir kalinya aku bertanya, apakah aku salah jika terus menggenggam abu?

Cerita

Malam itu aku bercerita, tentang cerita yang diceritakan oleh seorang pencerita hebat Katanya, cerita-ceritanya itu hanya sebuah cerita Ribuan pasang telinga pendengar mengira itu adalah cerita Iya, cerita, tapi itu hanya cerita! Cerita kali ini berbeda Cerita kali ini dari aku Aku yang menjadi pencerita Cerita ini cerita ku Kau tahu? Mungkin kali ini yang aku ceritakan adalah cerita Ataukah menurut kalian hanya cerita? Ah, cerita ku ini cerita. Sungguh. Cerita tanpa awal Lalu cerita penuh klimaks, dan pada akhirnya tetap cerita. Masih cerita. Sial. Bagaimana mengakhirinya?!

The Street Last Afternoon

Every corner in the street started to light up My head went down Dusts were blown away by wind My mind, somehow, did the same thing Orange and blue mixed up, filled the sky Trashes and pressure mixed up, filled my mind The wind stopped Dusts came back to its places Yet, my mind got lost My legs kept walking Finding home My body was going somewhere Finding me Help! I'm completely lost.

Fall

As I place my back to the pillow And start looking at the bright screen of my phone with a blank view I begin to realize I've accomplished nothing the whole year I am still the same person as I was 3 years ago Nothing much has changed But the world keep revolving And I am still become nothing In the mid of this shocking reality No one was behind my back And so I decided to fall

Tonight

Here I am tonight Living within the silent sky I am here All alone By myself How are you? Tonight, my sky lost its moon and stars, again How's yours? I am living with the dark again tonight How about you? Can I come to you? Or is it better if you come to me? Feel the dark, and be it You will get used to it Slowly Even its stressful But,  Hey! Look there! I see a really big star from here! The lost star finally back! Ah,  oops! That one is yours I forget that I've lost mine already I forget that I've come to my end

Hujan Malam Ini

Pada malam gelap tanpa bintang, rintik hujan turun meramaikan malam minggu. Di tengah hiruk pikuk pusat kota, masih ada saja seseorang termenung menyendiri di pinggiran. Tidak banyak cerita, ia menyendiri karena merasa asing dengan hidupnya. Di sisi lain pinggir kota, ada pula seseorang yang memejamkan matanya berharap bisa tidur. Namun pikirannya tetap terjaga. Alasannya sama, ia merasa asing. Jika ditelusuri lebih dalam mengenai hidup mereka Dapat ditemukan satu benang yang menganggu dan mengusutkan semuanya. Ego. Mereka berhasil memenuhi ego mereka. Mereka kerja keras, mereka meminta kepada sang pencipta. Mereka bahkan tak henti-hentinya mempersiapkan semua yang sekiranya mereka butuhkan untuk memenuhi ego tersebut. Seakan-akan setiap detik yang terlewat tidak layak jika mereka hanya diam dan bernapas tanpa melakukan suatu hal. Lalu, Kenapa mereka merasa asing? Bukannya sangat memuaskan, menyenangkan, dan menggembirakan bisa memenuhi ego? Buka

I got slapped, and I wake up.

So it was one day during my long-happy-yet-boring holiday. I've got to see something that really catches my attention, and somehow, I feel so lucky to get a chance to see one. I feel so because it slapped me really hard and finally makes me wake up. I saw the other side of life I've never imagined before. I've seen and heard of it in television and some other medias, but never expect to see it with my eyes. Even yesterday, never a second I had a thought I will get to see that. By a miss communication between me and my friends, I got myself and my other friend stuck in an unknown place we've never been to. None of us expected it to happen. You know what kind of place we get stuck in? It's in a small public elementary school that is located in a small, crowded and humid alley. The first time I stepped on the alley, I really was surprised and not sure if there will be a school in a really small alley - which only can be passed by a motorcycle -. But, Surpr

Batu

Sudut kota kali itu Bak rubik teracak Warna warni Tanpa harmoni Ribuan mata tahu Saya tahu Kamu juga tahu Kita semua tahu Terbuang Asing Namun tak pangling Membantu Atau hanya membatu? Katanya peduli Namun tanpa aksi, tetap saja jadi batu.

Sampah

Tatkala rupa baik Disimpan Kala rupa buruk Tidak sesuai Dicampak saja Sampah memang Merasa paling dibutuhkan Merasa sesuai Padahal, Cih, sampah. Tidak sekelas Tetapi memaksa Pantas saja dicampak Cih. Dasar sampah.