21.00

2017

Jam 21 katamu.
Kutunggu dengan kantuk yang berat kehadiranmu di peron stasiun kereta kedatangan luar kota. Dengan pakaian apik yang tak pernah kukenakan sebelumnya, kamu jadi orang pertama yang akan melihatnya. 
Jantung berdebar tidak menentu, apakah aku berdiri pada titik yang benar untuk menyambutmu?

Jam 21 katamu.
Kereta kedatangan pertama tiba tepat 1 jam setelah jam 18. Aku iri melihat orang-orang memeluk pujaannya yang tiba dengan utuh dan lengkap, tak kurang suatu apapun. 
Aku masih tetap duduk anggun di kursi yang tersedia. Riuhan suara rindu memenuhi seisi stasiun. Senyum pada wajahku semakin lebar karena tak sabar menjadi salah satu penyumbang keriuhan itu.

Jam 21 kata mu.
Jam dinding besar nan mewah yang terpajang di stasiun akhirnya mengarahkan jarum pendeknya ke angka 9. Berdebar-debar tak sabar menyambut kamu. Sesuai janji, aku berdiri mendekati pinggir peron agar langsung bisa memelukmu.
Dari kejauhan terlihat cahaya kereta yang semakin mendekat tiap detiknya. 
Detak jantungku semakin tidak teratur, bahkan mengalahkan laju kereta.

Kereta berhenti selang beberapa detik. Ke kanan dan ke kiri aku menolehkan kepala, mencari batang hidung yang sudah hilang cukup lama.
Nyatanya tak sama dengan harapan, batang hidung itu tak dapat kutemukan.

Jam 21 katamu.
Mungkin ia telat, gumamku. 
Kembali aku menunggu hingga tengah malam. Penjaga stasiun memintaku untuk pulang saja, tak ada gunanya menunggu tengah malam, karena tak akan ada kereta datang lagi hingga fajar tiba. 
Aku tidak percaya dengan mudah. Bermodalkan kepercayaanku akan janjimu dulu, aku melawan para penjaga dan tetap setia duduk di tempat terakhir kita bertemu.

Jam 21 katamu.
Hingga fajar muncul dan kereta pertama datang pada hari baru, tak muncul juga rupamu.
Duduk lagi aku. Rasa lelah sudah kalah perang dengan rindu.

Jam 21 katamu.
Kata orang-orang aku bodoh, mau saja menunggumu selama berhari-hari.
Kata orang-orang aku bodoh, mau saja menunggumu yang jelas-jelas tak akan hadir.
Kata orang-orang juga, aku bodoh karena terlalu sabar menunggu.

Jam 21 katamu.
Kapan kamu datang, sayang?
Aku tetap di sini menunggumu, karena aku tak akan ingkar janji.

21.00 — Kamu tak hadir hingga jam 21 ke - 365,
dan aku masih menunggu.

Comments

Popular posts from this blog

Trust and Respect

the first quarter

Pause! A 2-year reconciliation with one’s self