Posts

Showing posts from November, 2016

Diam

Diam Diam Diam Diam Lagi-lagi diam Diam Diam Diam Untuk apa diam?  Diam Diam Diam     Dia diam-diam saja   Diam  Diam Diam    Ada apa dibalik diamnya?  Diam Diam  Apa pikirannya juga diam?   Diam  Diam Diamnya menjatuhkan Diam Diam-diam jatuhnya semakin dalam Diam Diam-diam pula tersadar Diam Dikira ilusi Diam Diam Diam Nyatanya,                                                                                                bukan.

Hujan, Datang, Pergi: Pergi

"Amelia, tolonglah berbalik dan lihat aku." Itu suara Radit. Setelah 5 tahun berusaha keras membuang semua memori pahit, sekarang ia kembali. Kepalanya masih enggan untuk menoleh, matanya masih belum sanggup untuk melihat wajah itu lagi. Dengan gerak cepat ia mengambil clear filenya yang sedari tadi masih tergeletak di atas kubangan air. Draft proyek yang basah bukan fokus utamanya saat ini, ia hanya ingin orang yang sekarang memayunginya dan jongkok di belakangnya untuk pergi. Hanya itu.  Amelia ingin Radit pergi. "Segitu bencinya kamu sama aku? Aku harus apa agar kamu mau lihat aku? Tolong jawab." Kini dengan cukup berani Radit menyentuh pundak kecil itu dan menggenggamnya erat. Air mata yang sedari tadinya ia tahan pada akhirnya membajiri pipinya juga. Ia mengusapnya pelan dengan telapak tangannya yang kotor dengan pasir-pasir trotoar. Amelia menarik napas dalam-dalam dan dengan berat menolehkan kepalanya, dan akhirnya mata itu ia lihat lagi. Se

Hujan, Datang, Pergi : Datang

Tik. Tik. Tik. Suara rintik hujan mulai samar-samar terdengar. Sesekali petir juga ikut meramaikan suasana pagi ini di kota Jakarta. Langit pukul 7 pagi tampak dramatis karena awan-awan hitam mulai menyelimuti. Klakson dan bunyi mesin kendaraan turut meramaikan jalanan pagi itu, sebenarnya sudah menjadi bunyi yang tidak asing lagi untuk semua penduduk kota metropolitan ini. Bau asap kendaraan, sampah berserakan bersatu padu dengan air hujan yang perlahan jumlahnya terus bertambah. Hujan yang datang tanpa prediksi seperti ini juga sudah bukan kejutan lagi. Seketika lampu-lampu jalan menyala, seharusnya mereka baru menampilkan cahayanya saat pukul 5 sore. Tanpa selang waktu yang panjang, semua payung warna-warni keluar dari tas tiap orang mewarnai tampilan kota pagi itu, dan suara langkah kaki berlari mulai terdengar. Amelia berjalan cepat menuju sebuah halte kecil di dekat persimpangan jalan. Tas ranselnya yang berat serta clear file yang ia bawa menghambatnya berlari. Bajunya y

Hujan, Datang, Pergi : Hujan

Hujan. Dengan segala keunikannya. Ritme ketukan rintik yang bervariasi. Aroma yang dihasilkan. Semua peristiwa  dan tragedi yang terjadi. Hujan. Ketika lampu jalan harus menyala untuk mengalahkan gelap langit. Ketika payung warna-warni terbuka. Ketika halte ramai didatangi orang. Hujan. Kala saya duduk di halte, terciprat airnya. Kala ia datang dan pergi. Hujan. Seharusnya saya suka Seharusnya saya senang Seharusnya bersyukur Hujan. Tetapi ia pergi. Hujan. Kenapa harus hujan?!

Sendu Kelabu

Abu-abu kelabu Membentuk langit sendu Wajah melamun Terbayang masa lalu Saat hidup sesederhana itu Saat semua terlihat padu Masa baru Semua terbaur Dalam kehambaran baru Mau maju Tetapi ragu Akal tak sanggup Mau mundur Sudah terlanjur Bertahan apa harus? Menyerah apa butuh? Saya hanya minta satu, semoga saya maju.